Sejarah Kurikulum Indonesia: Dari Rentjana Pelajaran hingga Kurikulum Merdeka

Perjalanan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari dinamika perubahan kurikulum. Sejak proklamasi kemerdekaan, Sejarah Kurikulum pendidikan Indonesia adalah cerminan dari upaya berkelanjutan bangsa untuk menemukan sistem yang paling sesuai dalam mencetak generasi penerus yang kompeten dan berkarakter. Dari Rentjana Pelajaran pasca-kemerdekaan hingga Kurikulum Merdeka di tahun 2025, setiap kurikulum membawa visi dan misi yang relevan dengan zamannya.

Era awal kemerdekaan ditandai dengan “Rentjana Pelajaran 1947,” yang kemudian disempurnakan menjadi “Rentjana Pelajaran Terurai 1952.” Kurikulum ini masih beradaptasi dari sistem kolonial namun mulai menanamkan semangat kebangsaan. Selanjutnya, Sejarah Kurikulum berlanjut dengan Kurikulum 1968, yang berfokus pada pembinaan jiwa Pancasila setelah peristiwa G30S/PKI. Memasuki era Orde Baru, lahir Kurikulum 1975 yang menekankan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, diikuti oleh Kurikulum 1984 dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada era reformasi, muncul Kurikulum 1994 yang relatif padat, kemudian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang memberikan otonomi lebih kepada sekolah.

Puncak dari evolusi ini sebelum Kurikulum Merdeka adalah Kurikulum 2013 (K-13). Kurikulum ini menekankan integrasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui pendekatan saintifik, serta mendorong pembelajaran tematik-integratif. K-13 berupaya membentuk siswa yang berpikir kritis dan kreatif, sesuai dengan tuntutan abad ke-21. Namun, Sejarah Kurikulum terus bergerak maju. Berdasarkan laporan riset pendidikan nasional pada tanggal 20 Mei 2025, kebutuhan akan pembelajaran yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa semakin mendesak.

Akhirnya, Kurikulum Merdeka diperkenalkan secara bertahap sejak tahun 2022, dengan target implementasi nasional penuh di tahun-tahun mendatang, termasuk 2025. Kurikulum ini mengurangi kepadatan materi, memberikan fokus pada materi esensial, serta sangat menekankan pengembangan karakter melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Ini adalah langkah konkret dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki keterampilan hidup. Rapat koordinasi pendidikan terakhir yang diadakan di Kementerian Pendidikan pada hari Jumat, 7 Juni 2025, kembali menegaskan komitmen untuk suksesnya Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, Sejarah Kurikulum Indonesia adalah cerminan adaptasi dan inovasi yang tak berhenti, demi mencetak generasi terbaik bangsa.