Proyek P5: Wadah Pengembangan Keterampilan Holistik Siswa SMA.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah wadah pengembangan keterampilan holistik bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia. Inisiatif ini dirancang untuk membekali siswa tidak hanya dengan pengetahuan akademis, tetapi juga dengan karakter, kreativitas, dan kemampuan kolaborasi yang esensial di abad ke-21. P5 merupakan bagian integral dari Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa belajar melalui pengalaman langsung. Pada hari Jumat, 20 Juni 2025, dalam acara evaluasi pendidikan di kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menekankan bahwa P5 adalah langkah strategis untuk mencetak generasi penerus yang berdaya saing dan berkarakter Pancasila.

Melalui Proyek P5, siswa diajak untuk terlibat dalam isu-isu nyata di lingkungan sekitar mereka, yang kemudian diolah menjadi sebuah proyek konkret. Tema-tema yang diangkat bervariasi, mulai dari gaya hidup berkelanjutan, kewirausahaan, kearifan lokal, hingga bangunlah jiwa dan raganya. Pendekatan ini menjadikan P5 sebagai wadah pengembangan keterampilan problem-solving, analisis, dan inovasi. Sebagai contoh, di SMA Negeri 5 Bandung, kelompok siswa berhasil mengembangkan prototipe sistem pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos, yang kemudian diimplementasikan di lingkungan sekolah mereka. Proyek ini dipresentasikan pada pameran karya siswa pada 15 Mei 2025.

Selain pengembangan keterampilan praktis, P5 juga berfungsi sebagai wadah pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila. Nilai-nilai seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif diinternalisasi melalui proses kerja proyek. Siswa belajar menghargai perbedaan, bekerja sama dalam tim, mengambil inisiatif, dan berpikir secara analitis. Pada sebuah wawancara dengan media massa pada 1 Juni 2025, salah satu guru pembimbing P5 di SMA Negeri 1 Yogyakarta menyatakan bahwa melihat siswa berinteraksi dan memecahkan masalah bersama adalah bukti nyata keberhasilan proyek ini dalam membentuk karakter.

Implementasi Proyek P5 membutuhkan dukungan penuh dari pihak sekolah, guru, dan fasilitas yang memadai. Guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa, bukan sebagai satu-satunya sumber informasi. Dengan demikian, P5 bukan sekadar mata pelajaran tambahan, melainkan sebuah filosofi pembelajaran yang holistik, menyiapkan siswa SMA Indonesia menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter kuat dan keterampilan yang relevan untuk masa depan.