Di era modern ini, pendidikan tidak lagi hanya berfokus pada transfer ilmu pengetahuan, namun juga membimbing pembentukan karakter positif pada siswa, terutama di jenjang SMA. Guru memiliki peran sentral dalam proses ini, bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai teladan dan fasilitator. Pembentukan karakter yang kuat akan menjadi fondasi bagi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Guru adalah cerminan bagi siswa. Cara guru bertindak, berbicara, dan menyelesaikan masalah akan dicontoh oleh siswa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk senantiasa menunjukkan integritas, kejujuran, disiplin, dan empati. Misalnya, pada hari Senin, 17 Juni 2024, di SMAN 1 Jakarta, Ibu Retno, seorang guru Bahasa Indonesia, dengan sabar membimbing siswanya dalam menyelesaikan konflik kecil antar teman. Ia tidak hanya memberikan solusi, tetapi juga mengajarkan pentingnya mendengarkan dan menghargai perbedaan pendapat. Tindakan ini secara tidak langsung membimbing pembentukan karakter siswa menuju pribadi yang toleran dan mampu bernegosiasi.
Selain menjadi teladan, guru juga perlu menerapkan strategi konkret di dalam kelas. Salah satunya adalah melalui pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka atau Palang Merah Remaja (PMR) dapat menjadi wadah efektif untuk mengembangkan karakter positif seperti kerja sama, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Bapak Budi, guru sejarah di SMAN 2 Bandung, seringkali mengajak siswanya untuk melakukan simulasi sidang PBB, di mana setiap siswa berperan sebagai diplomat dari negara berbeda. Kegiatan ini melatih mereka untuk berpikir kritis, berargumentasi, dan menghargai sudut pandang lain, yang esensial dalam membimbing pembentukan karakter yang holistik.
Peran guru tidak berhenti di lingkungan sekolah. Kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat sangat krusial dalam pembentukan karakter siswa. Komunikasi yang teratur antara guru dan orang tua dapat memastikan konsistensi dalam penanaman nilai-nilai. Contohnya, pada Rabu, 19 Juni 2024, sebuah lokakarya “Membentuk Karakter Unggul” diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja sama dengan perwakilan orang tua siswa dan kepolisian setempat. Acara ini menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, keluarga, dan aparat penegak hukum dalam menangani isu-isu seperti kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Dalam acara tersebut, seorang perwakilan dari Polrestabes Surabaya, Kompol Aditya, menjelaskan bahwa pendidikan karakter yang kuat di sekolah dapat meminimalisir keterlibatan siswa dalam tindakan negatif di luar sekolah. Ini menunjukkan bahwa peran guru dalam membimbing pembentukan karakter siswa adalah upaya bersama yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Dengan demikian, peran guru dalam membimbing pembentukan karakter positif siswa SMA sangatlah kompleks dan multi-dimensi. Guru adalah garda terdepan dalam mencetak generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki kepribadian yang kuat. Investasi pada pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa yang lebih baik.