Di tengah gelombang perubahan global dan percepatan teknologi, pendidikan dibenahi menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Pembaharuan sektor pendidikan adalah fondasi krusial dalam membangun arsitektur masa depan yang inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Masa depan inklusif berarti setiap warga negara, tanpa terkecuali, memiliki akses terhadap pengetahuan, keterampilan, dan peluang yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat digital dan ekonomi global.
Pembaharuan ini mencakup banyak aspek, mulai dari kurikulum, metodologi pengajaran, hingga infrastruktur pendukung. Kurikulum harus direvisi agar lebih relevan dengan tuntutan zaman, menekankan pada keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Metode pengajaran juga perlu bergeser dari dominasi ceramah menjadi pendekatan yang lebih interaktif dan berpusat pada siswa, mendorong eksplorasi dan pemecahan masalah. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Februari 2025, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program “Sekolah Kreatif Digital” yang menargetkan 1.000 sekolah dasar dan menengah di seluruh Indonesia untuk menerapkan kurikulum berbasis proyek dan teknologi.
Selain itu, akses pendidikan yang merata dan berkualitas adalah kunci utama. Banyak pihak, termasuk International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA), menekankan pentingnya memperluas jangkauan pendidikan hingga ke perpustakaan dan lembaga pembelajaran dewasa. Ini adalah infrastruktur penting yang peduli terhadap kesejahteraan dan masa depan komunitas, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke jalur pendidikan formal. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Bapak Budi Santoso, dalam sambutannya pada acara seminar “Literasi untuk Semua” di Balai Kota pada hari Selasa, 22 April 2025, menyampaikan bahwa mayoritas penduduk Indonesia masih berpendidikan menengah umum dan memerlukan pendidikan non-formal untuk meningkatkan kapasitas diri.
Pemerintah juga perlu memastikan bahwa pendidikan dibenahi untuk mengatasi segala bentuk eksklusi. Faktor-faktor seperti gender, usia, disabilitas, status sosial, lokasi geografis, dan bahkan metodologi pengajaran dapat menyebabkan seseorang terpinggirkan dari proses pembelajaran seumur hidup. Untuk itu, program-program afirmasi dan dukungan khusus perlu diimplementasikan. Misalnya, pada rapat koordinasi yang diadakan di Kantor Gubernur pada hari Rabu, 5 Maret 2025, yang dihadiri oleh perwakilan Dinas Sosial dan bahkan beberapa petugas kepolisian yang memberikan masukan terkait aspek keamanan, dibahas strategi untuk menjangkau kelompok masyarakat rentan agar tidak tertinggal dalam akses pendidikan dan informasi.
Singkatnya, pendidikan dibenahi secara menyeluruh adalah investasi jangka panjang untuk membangun masa depan bangsa yang lebih tangguh dan inklusif. Dengan fondasi pendidikan yang kuat dan adaptif, kita akan mampu menciptakan masyarakat yang berdaya saing global dan menjamin kesempatan yang setara bagi setiap individu.
