Memasuki jenjang pendidikan SMA pada peminatan Ilmu Sosial berarti siswa akan mendalami Materi Sosiologi, sebuah ilmu yang krusial untuk menganalisis struktur masyarakat dan dinamika interaksi di dalamnya. Salah satu fokus utama adalah menelaah interaksi sosial dan potensi konflik yang khas terjadi di masyarakat urban. Lingkungan perkotaan yang padat, heterogen, dan kompetitif menciptakan pola interaksi yang berbeda dibandingkan masyarakat pedesaan. Memahami teori-teori sosiologi tentang urbanisasi dan disorganisasi sosial adalah bekal penting bagi siswa untuk menjadi warga negara yang kritis dan adaptif.
Interaksi sosial di kota seringkali bersifat segmental, impersonal, dan didasarkan pada kepentingan pragmatis, berbanding terbalik dengan sifat interaksi komunal di desa. Kondisi ini, yang dijelaskan dalam teori sosiolog seperti Ferdinand Tönnies melalui konsep Gemeinschaft dan Gesellschaft, menjadi pembahasan inti dalam Materi Sosiologi. Untuk memperdalam pemahaman, di SMA Bhakti Kencana, Guru Mata Pelajaran Sosiologi, Ibu Ratna Juwita, M.Sos., menugaskan siswa untuk melakukan observasi mini selama satu minggu di ruang publik perkotaan, seperti stasiun atau pusat perbelanjaan. Laporan observasi ini harus diserahkan pada tanggal 28 Oktober 2025. Hasil sementara yang dikumpulkan per 20 Oktober 2025 menunjukkan bahwa rata-rata siswa mencatat interaksi impersonal terjadi hingga 70% dari total interaksi yang mereka amati.
Selain interaksi, Materi Sosiologi juga mengupas tuntas tentang konflik. Dalam masyarakat urban, konflik seringkali berkaitan dengan isu-isu kelas sosial, perebutan sumber daya ekonomi, hingga perbedaan ideologi. Salah satu studi kasus yang dianalisis di kelas adalah konflik yang timbul akibat penggusuran pemukiman kumuh untuk proyek infrastruktur. Dalam konteks ini, siswa diajak menganalisis peran aktor sosial, mulai dari warga terdampak, pengembang, hingga pemerintah daerah. Pada hari Rabu, 9 November 2025, sekolah mengundang seorang Aktivis Komunitas Urban, Bapak Fajar Alam, S.H., untuk berbagi pengalaman selama 120 menit di Perpustakaan Sekolah, memberikan perspektif langsung tentang dinamika konflik lahan di perkotaan.
Pemahaman yang komprehensif terhadap Materi Sosiologi membekali siswa dengan kemampuan analitis untuk tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga mencari solusi yang berbasis keadilan sosial. Misalnya, konflik dalam masyarakat urban seringkali memerlukan intervensi dari aparat penegak hukum. Dalam modul pembelajaran Bimbingan dan Konseling (BK), disebutkan bahwa peran Kepolisian Sektor (Polsek) setempat dalam mediasi konflik antarkelompok remaja di area publik meningkat sebesar 15% selama tahun 2024, sebuah fakta yang menyoroti perlunya pendidikan sosial yang lebih kuat di tingkat sekolah. Dengan demikian, penguasaan Materi Sosiologi menjadi prasyarat penting bagi siswa pendidikan SMA agar mereka dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam kompleksitas masyarakat modern.
