Wawasan Financial Literacy: Bekal SMA untuk Mengelola Keuangan Sebelum Masuk Kuliah

Transisi dari masa SMA ke dunia kuliah seringkali menjadi kali pertama seorang remaja dihadapkan pada tanggung jawab penuh atas keuangan pribadi. Memiliki wawasan financial literacy yang kuat, jauh sebelum memasuki dunia kampus, adalah bekal esensial untuk mencegah kesulitan finansial dan stres di masa depan. Keterampilan Mengelola Keuangan pribadi, seperti menyusun anggaran, menabung, dan menghindari utang konsumtif, tidak diajarkan secara mendalam di sekolah, padahal merupakan Keterampilan Hidup yang paling praktis. Oleh karena itu, siswa SMA perlu secara aktif Mengelola Keuangan saku mereka sebagai laboratorium untuk mempersiapkan kemandirian finansial saat kuliah.

Langkah pertama dalam Mengelola Keuangan adalah membuat anggaran sederhana. Anggaran ala pelajar harus mencakup tiga pos utama: Kebutuhan Wajib (transportasi, makan siang), Tabungan (untuk masa depan, seperti biaya pendaftaran kuliah atau gadget), dan Kesenangan (nongkrong, hiburan). Aturan praktis yang populer adalah metode 50/30/20 yang dimodifikasi: 50% untuk kebutuhan, 30% untuk tabungan, dan 20% untuk kesenangan. Dengan menerapkan aturan ini sejak SMA, seorang pelajar dapat membangun kebiasaan finansial yang disiplin.

Kedua, mulailah berinvestasi pada tabungan yang terpisah. Siswa SMA yang menerima uang saku mingguan harus memprioritaskan penyisihan dana. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam panduan literasi keuangan remaja pada Mei 2025 menyarankan agar remaja mulai membuka rekening tabungan khusus dengan setoran minimal Rp 50.000 setiap hari Jumat, segera setelah menerima uang saku, untuk memanfaatkan kekuatan bunga majemuk sejak dini. Pemisahan rekening tabungan dengan rekening transaksi harian membantu mencegah penggunaan uang tabungan untuk hal-hal yang tidak direncanakan (impulse buying).

Tantangan terbesar yang dihadapi remaja adalah jebakan utang konsumtif, terutama melalui pembelian barang-barang yang sedang tren atau PayLater. Mempelajari konsep bunga dan kewajiban utang adalah bagian penting dari literasi finansial. Siswa perlu memahami bahwa membeli barang yang nilainya turun (depresiasi), seperti pakaian atau makanan mewah, menggunakan utang jangka pendek adalah praktik yang sangat merugikan. Dengan disiplin Mengelola Keuangan, memprioritaskan tabungan, dan menjauhi utang konsumtif, siswa SMA tidak hanya mempersiapkan diri untuk biaya kuliah yang rata-rata meningkat 5% setiap tahun, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk stabilitas finansial di usia dewasa muda.